Benarkah gejolak pelemahan rupiah terhadap dollar akan mengganggu industri tas di tanah air? Pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus saja terjadi. Apalagi dalam beberapa bulan terakhir beberapa kali dolar tembus hingga angka di atas Rp 15.000 meskipun kemudian turun lagi.
Melemahnya mata uang rupiah ini sudah banyak dikeluhkan para pengusaha. Kondisi ini dirasakan sangat mengganggu dan bahkan bisa mengancam berbagai jenis industry di tanah air. Bahkan saat rupiah melemah di level Rp 13.500 per dolar AS, pertumbuhan ekonomi nasional mulai melambat akibat ongkros produk yang meningkat cukup signifikan.
Ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Hariyadi Sukamdani pernah mengungkapkan bahwa banyak pengusaha yang mengeluh dengan menguatkan dolar tersebut. Bahkan dalam menjalankan kegiatan produksinya tak sedikit pengusaha yang sangat berhati-hati, terutama yang bahan baku utamanya masih tergantung import.
Efek Domino Pelemahan Rupiah Terhadap Industri
Penguatan dolar terhadap rupiah atau pelemahan mata uang kita terhadap dolar memang selalu membawa efek domino yang dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi secara nasional. Efek ini sangat dirasakan kalangan industry, termasuk industry dan konveksi tas, yang bahan bakunya masih banyak yang harus diimport dari luar negeri.
Bahan baku ini terdiri dari bahan untuk pembuatan tas maupun peralatan lain, seperti benang dan lainnya. Meningkatnya nilai tukar dolar AS tentu saja membuat biaya pengadaan bahan baku yang diimport menjadi membengkak. Hal inilah yang kemudian akan membuat biaya produksi menjadi meningkat sehingga harga jual produk pun jadi ikut naik.
Harga jual produk tas yang meningkat menjadi lebih mahal akan makin sulit diterima pasar. Daya saing dengan produk lain pun jadi makin rendah. Apalagi belakangan banyak sekali barang buatan China yang masuk ke pasar dalam negeri dengan harga yang jauh lebih murah. Jika kondisi ini tidak segera diatasi dikhawatirkan bisa menyebabkan kalangan industry gulung tikar.
Peristiwa runtuhnya Orde Baru awalnya juga dipicu dengan pelemahan rumpiah terhadap dollar yang begitu tajam. Bahkan saat itu nilai tukar dolar bisa tembus hingga mencapai Rp 16.000. Dengan kondisi saat ini dimana kurs dolar sudah beberapa kali tembus angka Rp 15.000, seberapa besar dampaknya bagi perekonomian nasional dan berapa banyak industry yang bakal bangkrut?
Beberapa Dampak Kurs Dolar Terhadap Industri Tas
Kalangan pengusaha biasanya segera merespon saat rupiah mengalami pelemahan. Terlebih buat industry yang bahan bakunya banyak diimport dari luar negeri. Beberapa langkah yang segera dilakukan pengusaha antara lain:
Melakukan penghitungan ulang dalam melakukan produksi. Makin mahalnya harga bahan baku tentunya akan meningkatkan ongkos produksi. Bisa saja ongkos produksi ini dilimpahkan kepada konsumen dengan harga jual produk yang lebih mahal. Hanya saja ini berisiko terhadap produk yang tidak laku.
Untuk menekan ongkos produksi, pengusaha bisa melakukan sejumlah langkah lainnya. Termasuk dengan mengurangi atau merumahkan sebagian karyawannya. Namun langkah ini biasanya dilakukan setelah tidak ada solusi lain.
Pengusaha juga akan melakukan efisiensi pada semua lini untuk mengantisipasi kenaikan beban produksi dan pemangkasan biaya-biaya yang dinilai belum mendesak.
Dengan berbagai dampak yang ada tentunya pemerintah perlu melakukan langkah kongkret untuk melindungi industry di Indonesia. Gejolak pelemahan rupiah terhadap industri tas juga perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja maupun dampak lain yang lebih buruk lagi.